Thursday, March 17, 2011

Kelakar Tahap Dewa


Nenek Ani dirawat di rumah sakit. Menurut doktor, asmanya sudah semakin teruk hingga perlu dipasangkan salur oksigen. Sudah beberapa hari dia tidak bercakap dan seperti orang koma. Dikira sudah menjelang ajal, anaknya memanggilkan seorang Mudhin (tukang do'a) agar didoakan. Sedang asyik Pak Mudhin berdoa, tiba-tiba muka nenek Ani bertukar warna biru seolah-olah tidak boleh bernafas. Tangannya menggigil. Dengan menggunakan bahasa isyarat nenek Ani minta diambilkan kertas dan alat tulis. Sisa-sisa tenaga yang ada digunakan oleh nenek Ani untuk menulis sesuatu dan memberi kertas tersebut kepada Pak Mudhin. Sambil terus berdoa Pak Mudhin langsung menyimpan kertas tersebut tanpa membacanya kerana fikirannya dia tidak sanggup membaca surat wasiat tersebut di depan Nenek Ani. Tidak lama kemudian nenek Ani pun meninggal dunia. Pada hari ketujuh meninggalnya nenek Ani, Pak Mudhin diundang untuk datang ke rumah Ani.
Selesai memimpin do'a, Pak Mudhin berbicara, "Saudara-saudara sekalian, ini ada surat wasiat dari almarhum nenek Ani yang belum sempat saya sampaikan, yang saya pasti nasihat untuk anak cucunya semua. Mari kita sama-sama membaca suratnya". Pak Mudhin membaca surat tersebut, yang ternyata berbunyi : "Mudhin, jangan berdiri di situ...! Jangan pijak saluran oksigen aku..!"






komen: bahasa sesuatu yang sangat menghiburkan jika pandai diolah

No comments:

Post a Comment